Thursday 4 April 2013

Skizofrenia



Definisi
Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Menurut Andreasen (2008) bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan skizofrenia merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia dan faktor genetik.
Skizofrenia merupakan penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya. (Hermann, 2008).

Type atau Jenis Skizofrenia
1. Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia Hebefrenik disebut juga disorganited type atau kacau balau yang ditandai gejala – gejala :
a.       Inkoherensi adalah jalan pikiran yang kacau tidak dapat dimengerti apa maksudnaya.
b.      Alam perasaan (mood, Affect) yang diatas tanpa ekspresi serta tidak serasi (In cong rous) atau ketolol – tololan (silly)
c.       Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan (ginggling), senyum yang menunjukan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
d.      Waham (delusion) tidak jelas dan tidak sistematik, tidak terorganisir sebagai satu kesatuan.
e.       Halusinasi yang terpecah belah yang isi temanya tidak terorganisir sebagai satu kesatuan.
f.        Prilaku aneh.
     2. Skizofrenia katatonik
            Seseorang yang menderita skizofrenia katatonik menunjukan gejala-gejala sebagai berikut :
a.       Stupor katatonik.
Yaitu suatu pengurangan hebat dalam reaktivitas terhadap lingkungan
dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas spontan sehingga nampak seperti “ patung “, atau diam membisu  (mute).
b.      Negativisme katatonik.
Yaitu suatu perlawanan yang nampaknya tanpa motif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan dirinya.
c.       Kekakuan (rigidity) katatonik.
Yaitu mempertahankan sikap kaku terhadap semua upaya untuk menggerakkan dirinya.
d.      Kegaduhan katatonik.
Yaitu kegaduhan aktivitas motorik, yang nampaknya tak bertujuan dan tidak di pengaruhi oleh rangsang luar.
e.       Sikap tubuh katatonik.
Yaitu sikap yang tidak wajar atau aneh.

3.      Skizofrenia Paranoid.
Seseorang yang menderita skizofrenia paranoid akan menunjukan gejala-gejala sebagai berikut :
a.       Waham (delusion) kejaran atau waham kebesaran.
b.      Halusinasi yang mengandung isi kejaran atau kebesaran.
c.       Gangguan alam perasaan dan prilaku.
4.      Skizofrenia Residual.
Tipe ini merupakan sisa-sisa atau residu dari gejala skizofrenia yang tidak begitu menonjol. Namun begitu meskipun gejala-gejala skizofrenia tidak aktif atau tidak menunjukan gejala-gejala positif skizofrenia, hendaknya pihak keluarga tetap mewaspadainya dan membawanya berobat agar yang bersangkutan dapat menjalankan fungsi kehidupannya sehari-hari dengan baik dan produktif.
5.      Skizofrenia tipe tak tergolongkan.
Tipe ini tidak dapat di masukkan dalam tipe-tipe yang telah di uraikan di muka, hanya gambaran klinisnya terhadap waham, halusinasi, inkohorensi, atau tingkah laku kacau (Hawari,2006).

Gejala Klinis Skizofrenia
Gejala Positif Skizofrenia
Gejala-gejala positif yang di perlihatkan pada penderita Skizofrenia adalah sebagai berikut:
  1. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk
akal). Meskipun telah di buktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
  1. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.
  2. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat di ikuti alur pikirannya.
  3. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.
  4. Merasa dirinya “orang besar“, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
  5. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
  6. Menyimpan rasa permusuhan.

Gejala negatif Skizofrenia
Gejala-gejala negatif yang di perlihatkan pada penderita Skizofrenia adalah sebagai berikut:
  1. Alam perasaan (affec) “tumpul“ dan “mendatar“. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi.
  2. Menarik diri atau mengasingkan diri (with drawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
  3. Kontak emosional amat “ miskin “, sukar di ajak bicara, pendiam.
  4. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
  5. Sulit dalam berpikir abstrak.
  6. Pola pikir stereotif.
  7. Tidak ada / kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu) (Hawari, 2006).

Pengobatan
Gangguan jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung berlanju (kronis,menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun, hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Terapi yang komprehensif dan holistik atau terpadu dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita skizofrenia tidak lagi mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada sebelumnya. Terapi yang di maksud meliputi terapi dengan obat-obatan anti Skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikoreligius.

Psikofarmaka
 Klien gangguan jiwa mempunyai keunikan yang tidak didapatkan pada pasien dengan gangguan fisik. Salah satu keunikan adalah banyak klien gangguan jiwa yang tidak merasa bahwa dirinya sakit. Walaupun keluarga atau orang lain menganggap bahwa klien sakit. Seringkali justru klien sendiri menganggap bahwa ia sendiri tidak mempunyai masalah. Dengan kelainan gangguan yang dialami klien seringkali mengalami gangguan insight (tidak menyadari sakitnya). Ini sama sekali berbeda dengan pasien yang sakit secara fisik dan sehat secara mentalnya. Dengan keunikan tersebut maka seringkali pemberian obat pada pasien gangguan jiwa tidak mencapai sasaran karena klien menolak obat, mencurigai obat sebagai racun untuk dirinya, tidak mau menelan obatnya atau bahkan menyimpan obat untuk bunuh diri.
Ada empat peranan perawat yang akan diimplementasikan dalam pemberian obat kepada klien yaitu :
a.       Sebagai pelaksana, memberikann obat kepada klien
b.      Sebagai pengelola, menatalaksana pengobatan sehingga manajemen   pemberian obat  kepada klien efektif dan efisien.
c.       Sebagai pendidik, yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang obat dan program pengobatan.
d.      Sebagai peneliti, Yaitu peranan perawat untuk ikut serta dalam riset-riset pengobatan sehingga dapat menciptakan kemajuan dalam ilmu pengobatan bersama profesi kesehatan yang lain.                                             
               Untuk dapat melaksanakan peran tersebut secara efektif dan efisien maka perawat perlu menguasai ilmu dan teknologi pengobatan termasuk :
1)      Jenis dan golongan obat
2)      Efek terapi dan efek samping obat
3)      Dosis dan cara pemberian obat
4)      Indikasi dan kontra indikasi obat
5)      Tindakan antisipasi terhadap efek terapi maupun efek samping yang timbul
6)      Tindakan rujukan bila kasus pengobatan tidak dapat ditangani dengan tindakan keperawatan.
Untuk bisa menjalankan perananya secara baik, perawat ditatanan kesehatan jiwa juga membutuhkan penguasaan kiat-kiat tertentu yaitu cara-cara khusus yang unik dan individual dalam pemberian obat kepada klien.
Obat psikofarmaka yang akan diberikan di tujukan pada gangguan fungsi neurotransmiter sehingga gejala-gejala klinis dapat di hilangkan atau dengan kata lain penderita skizofrenia dapat diobati. Obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat antara lain sebagai berikut :
a.       Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat.
b.      Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil.
c.       Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat baik gejala positif maupun gejala negatif Skizofrenia.
d.      Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat).
e.       Tidak menyebabkan kantuk.
f.        Memperbaiki pola tidur.
g.       Tidak menyebabkan habituasi, adiksi dan dependensi.
h.       Tidak menyebabkan lemas otot.
i.         Dan kalau mungkin pemakaianya dosis tunggal (single dose).

1 comment:

  1. Hai Pak, dimanakah tempat terapi skizofrenia di palembang? Kebetulan Bapak saya sepertinya perlu perawatan. Terimakasih bantuannnya

    ReplyDelete